Minggu, 01 Februari 2009

Belum Saatnya Seniman Bali Terjun Ke Dunia Politik


Hak azasi tentu memberikan semuanya untuk bebas merdeka menentukan kehidupannya. Apalagi yang bersifat sangat pribadi. Namun patut dipertimbangkan pula, bahwasannya kehidupan ini adalah akumulasi dari berbagai aspek / peran. Artinya dinamika kehidupan dapat dikatakan baik/positif, apabila akumulasi aspek / peran itu saling menopang menuju suatu kebaikan. Belakangan ini para artis nasional umumnya, telah banyak yang merambah dunia politik, tentu juga bukan larangan. Kemudian bagaimana para seniman Bali, sudah pantaskah terjun ke dunia politik saat ini? Menjawab pertanyaan diatas tentu layak dibahas dari dua sisi yaitu; pemahaman politik dan karakteristik / kesenimanan seniman Bali secara umum.

Dari banyak definisi tentang politik dapat dikatakan, politik adalah usaha untuk mencapai suatu tatanan sosial yang baik dan berkeadilan, atau intinya kebaikan. Namun ada saatnya kehidupan politik bermakna keburukan, ketika politik adalah usaha perebutan kekuasaan, kedudukan dan kekayaan, untuk kepentingan pribadi. Nah bila dikaitkan dengan situasi perpolitikan saat ini, denyut politik nasional berada di sisi mana, baik atau buruk?

Bila saja semua pihak menjunjung kejujuran, tentu menjawab politik nasional kita secara umum masuk dalam katagori buruk. Sebab kenyataan dalam prakteknya sebagian besar mencerminkan hal-hal yang cendrung masuk katagori bagaimana ketika politik itu menjadi hal yang buruk. Ini dapat dilihat dari manuver - manuver yang dilakukan para politisi – politisi belakangan ini untuk meraih simpati massa. Sok kuasa, ego, semena – mena dan sebagainya boleh dikatakan penampilan menjelang lumrah bagi politisi yang hanya bertujuan meraih kedudukan dan kekayaan pribadi. Statemen – statemen yang bersifat idealis hanyalah ilustrasi resesif, yang digunakan apabila para politisi berhadapan dengan situasi formal atau berada dalam kumunitas yang rata – rata melek politik yang baik. Namun patut diakui formula politisi buruk / busuk ini telah mampu mengkontaminasi / meracuni sebagian moral mental bangsa, hingga tertransformasi dalam tatanan kehidupan masyarakat bawah yang memprihatinkan.

Di Bali, otoritas kesakralan kulkul (kentongan) banjar, sebagai alat pemersatu, susut wibawa oleh hal itu. Pola fikir dan aktifitas masyarakat cenderung tergiring kepada pengutamaan kelompok – kelompok dan pribadi – pribadi. Terlebih dimodifikasi oleh embel – embel keuangan (money politik), amat membuat kiprah mereka (politisi busuk) kian leluasa. Kasihan para politisi yang baik menurut teori, di jaman ini cenderung tak meraih pasaran / simpati massa. Bagamana dengan sikap seniman Bali?

Secara umum karakteristik seniman Bali adalah penganut idialisme, penjunjung nilai – nilai sosial dan cenderung sebagai donator dalam komunitas / masyarakat. Baik material maupun inmaterial. Hal ini dapat dibuktikan dari otomatisme kesenimanan seniman Bali. Sampai saat ini walaupun kehidupan berkesenian di Bali adalah komuditi unggulan, namun produk seni mereka hanya berharga komersil di ruang pariwisata saja. Sebagian besarnya lagi hanyalah produk yang dibalut nilai sosial idealis itu. Misal sebuah lukisan yang dipajang di galeri dengan tarif jutaan, bisa saja oleh pemiliknya diberikan orang lain secara gratis. Group seni pertunjukan atau perseorangan, walau sebelumnya telah ada agrimen tentang sewa / honor, toh pada transaksi terakhir selalu ada negosiasi baru / pengembalian. Pelatih tari dan tabuh Bali, dijaman melenium III ini, balasan jasanya masih ada tanpa standarisasi agrimen modern. Artinya balasan jasa itu direalisasi secara musiman. Dan masih banyak lagi contoh – contoh lainnya, yang senantiasa menempatkan keseniman seniman Bali itu adalah suatu sikap mulia.

Dengan demikian kiranya terjawablah sudah pertanyaan diatas. Dari situasi politik yang berkembang saat ini, diakumulasikan dengan karakteristik seniman Bali, sangatlah bertolak belakang. Maka itu seniman Bali layak mempertimbangkan untuk tidak terjun ke dunia politik saat-saat ini. atau paling tidak dapat menunda, sampai situasi / dinamika politik ini kembali baik. Ah ini hanya pendapat saja. iba